Tilongkabila, Berita – Mahasiswa Magang Merdeka MSIB BATCH 5 mengedukasi warga membuat donat dengan bahan dasar kulit pisang menggunakan konsep Zero Waste.
Mahasiswa MSIB, Yosafath Sarja Hutapea menjelaskan, edukasi ini bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan meminimalkan limbah dari produk olahan sekali pakai menjadi suatu produk baru yang memiliki nilai termasuk limbah organik.
“Edukasi ini kami lakukan dengan memaparkan materi sekaligus demonstrasi dan menyediakan sejumlah alat dan bahan yang diperlukan, selain itu kami juga menyediakan video tutorial pembuatan Donat Kulit Pisang sebagai upaya keberlanjutan pembuatan donat oleh masyarakat,”jelas Yosafath pada edukasi tersebut yang dilaksanakan di Kantor Desa Butu, Kecamatan Tilongkabila, bersamaan dengan Pelatihan Dasar Bisnis untuk Petani program READSI oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bone Bolango.Selasa (14/11/2023).
Yosafat mengungkapkan, berdasarkan data statistic, produksi tanaman buah 3 tahun terakhir, Provinsi Gorontalo menempati peringkat 6 besar dalam penghasil buah pisang di Indonesia. Atas data tersebut, katanya ia bersama mahasiswa lainnya melihat potensi besar dari buah pisang dan limbah kulit pisang yang dihasilkan juga banyak.
“Jenis pisang yang digunakan untuk membuat olahan donat adalah pisang gepok, di Gorontalo dikenal sebagai pisang Pagata.Limbah dari kulit pisang ini mengandung gizi yang cukup tinggi, limbah kulit pisang mengandung vitamin, mineral, kalsium, fosfor, zatbesi, karbohidrat dan kandungan nutrisi lainnya,”ungkapnya.
Ia juga menambahkan, limbah kulit pisang mengandung banyak karbohidrat, yang memungkinkan dapat dijadikan bentuk olahan tepung. Selain itu, kulit pisang mengandung senyawa pektin yang memiliki manfaat sebagai bahan edile film, mencegah kanker dan dapat digunakan sebagai salah satu obat untuk menurunkan kadar kolesterol.
“Dengan kegiatan ini, harapannya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat dengan meminimalisir limbah dari produk-produk atau bahan sekali pakai. Hal ini merupakan langkah penting dalam membentuk pola pikir yang lebih bijak memperhatikan lingkungan dimulai dari mengolah limbah yang ada di sekitar kita,”harapnya
Ditempat yang sama, Ketua Kelompok Bukit Pa’aya, Djafar Samani berharap ide yang sangat bagus bisa diterima masyarakat yang terlihat memiliki ketertarikan terhadap ide olahan yang disampaikan oleh mahasiswa MSIB tersebut.
“Harapannya kedepan dengan adanya ide olahan baru yang dapat dikembangkan, masyarakat terlebih para ibu-ibu juga dapat terinspirasi membuat olahan baru dari bahan lain,”harapnya.
Sementara itu, Fasilitator Desa Butu Program READSI, Muhammad Rizki Yanto Ibrahim mengatakan bahwa program yang disosialisasikan oleh para mahasiswa sejalan dengan program READSI. Pihaknya pun siap mendukung dan memfasilitasi kegiatan sosialisasi tersebut.
“Program ini sejalan dengan program READSI, maka sebagai fasilitator siap mendukung dan siap memfasilitasi mahasiswa terhadap program mahasiswa. Harapannya dengan adanya ide olahan ini, kelompok tani dapat menerapkan dan mengadopsinya sebagai salah satu varian olahan pada usaha mereka, dan dijadikan sebagai usaha yang hanya dikenal di DesaButu dan DesaButu menjadi desa percontohan dari produk olahan makanan yang memanfaatkan olahan limbah,”katanya. (Tim Redaksi)