Suwawa, Berita – Kepemimpinan seorang perempuan menjadi Kepala Daerah maupun Bupati di wilayah Provinsi Gorontalo, khususnya di Kabupaten Bone Bolango masih sering menjadi perdebatan publik. Apalagi jika dikait-kaitkan dengan tatanan adat.Terkait hal itu, A.R Maksum, selaku Wuu Bunato Suwawa dan juga tokoh adat Gorontalo menegaskan tidak ada larangan bagi perempuan menjadi seorang pemimpin atau khalifah.”Jadi adat tidak mempermasalahkan perempuan menjadi khalifah. Tentu untuk prosesi upacara adat kepada pemimpin perempuan, ada ketentuan tersendiri,”tegas A.R Maksum saat diwawancarai usai prosesi upacara adat Mopotilolo Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bone Bolango, Merlan S. Uloli, di Bandayo Rudis Bupati, Sabtu (4/11/2023).Ia mencontohkan Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Indonesia kelima dan Khofifah Indar Parawansa menjadi Gubernur Jawa Timur. Mereka adalah seorang pemimpin dan menjadi khalifah di negeri ini dari kaum perempuan hasil demokrasi yang dipilih oleh rakyat.Bahkan di wilayah Suwawa sendiri pada masa kerajaan, sebut A.R Maksum, itu pemimpinnya adalah seorang perempuan, yakni Mbui Ayudugya. Ia memimpin kerajaan Suwawa pada abad ke-5.”Mbui Ayudugya dikenal sebagai sosok pemimpin perempuan yang perkasa dan mampu menyatukan seluruh rakyat Suwawa saat itu,”urai A.R Maksum.Oleh karena itu, kata A.R Maksum, dalam tatanan adat tidak ada masalah kalau perempuan menjadi pemimpin atau khalifah. Bahkan ia selaku tokoh adat pun akan memback up dan mendukung itu, karena ada aturan-aturannya.”Jadi sekali lagi, kami tegaskan tidak ada larangan perempuan untuk jadi pemimpin, sepanjang dia menjunjung adat (adati), kebijaksanaan (tinepo), kekeluargaan (tombulaa), dan hukum (butoâo), maka itulah pemimpin yang baik. Jadi bukan melihat bahwa dia seorang perempuan,”tegas A.R Maksum.Olehnya, A.R Maksum berpesan kepada Plt. Bupati Bone Bolango Merlan S. Uloli sebagai khalifah atau Bupati perempuan pertama di Bone Bolango agar niatnya membangun daerah ini betul-betul tujuannya untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat.Tentu dalam memimpin dan membangun daerah ini, perlu dilandasi dengan lima sendi peradaban Gorontalo, yakni Payu Limo Totalu, di antaranya bangusa talalo (bangsa ini harus dijaga), lipu podudualo (negeri ini dibela), nyawa podungalo (nyawa harus dipertaruhkan).Selanjutnya batanga pomaya (jiwa dan raga harus diabdikan), dan upango potombulu (harta harus diwakafkan untuk kemanusiaan).”Niat seorang pemimpin harus begitu. Harus dilandasri kelima sendiri peradaban Gorontalo tersebut,”pungkas A.R Maksum. (Tim Redaksi)