Tapa, Berita – Desa Langge, Kecamatan Tapa, ditetapkan sebagai desa lokus stunting sekaligus pilot project penguatan Posyandu dengan enam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam kunjungan kerja Tim Pembina Posyandu Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango, Senin (1/12/2025), Kepala Desa Langge Salim Sunati memaparkan progres signifikan penurunan stunting, meski sejumlah persoalan masih membayangi pelayanan kesehatan desa.
Kades Salim mengungkapkan bahwa Langge pernah mencatat 40 kasus stunting pada 2019, namun angka itu berhasil ditekan menjadi 7 kasus pada 2023. Meski sempat naik kembali menjadi 17 kasus pada 2024, tahun 2025 menunjukkan perbaikan menjadi 15 kasus.
“Stunting ini dari tahun ke tahun adalah persoalan kita bersama. Alhamdulillah, Langge pelan-pelan mulai menurun kembali,”ungkap Salim.
Kades menuturkan, Posyandu Mawar menjadi pusat layanan utama dengan dukungan lima kader posyandu, satu kader pembangunan manusia (KPM), serta tenaga gizi dan perawat yang bekerja penuh waktu layaknya aparat desa.
“Sejak Juli 2025, Posyandu menerapkan pola Integrasi Layanan Primer (ILP) dengan pembagian jadwal khusus untuk bayi-balita, ibu hamil, dewasa-lansia, dan remaja. Namun skema baru ini memunculkan keluhan, terutama dari lansia, karena waktu pelayanan dinilai kurang efektif. Dengan 86 bayi-balita, pelayanan dua jam dianggap sulit mencukupi bila digabung dengan enam layanan SPM,”tuturnya.
Dia juga menambahkan, posyandu tersebut telah dilengkapi peralatan lengkap seperti timbangan digital, antropometri, dan alat pemeriksaan kesehatan lain. Desa juga memiliki Rumah Desa Sehat (RDS) sebagai pusat konsultasi dan musyawarah layanan kesehatan.
Dalam data desa, lanjutnya tercatata 819 jiwa kategori dewasa/lansia, 86 balita, 13 ibu hamil, 130 remaja serta penyakit tertinggi adalah diabetes dan hipertensi
Kades Salim menegaskan bahwa tantangan stunting juga tak lepas dari kondisi sosial ekonomi warga. Dari 340 KK, sebanyak 188 masuk DTKS, jumlah tersebut dinilai sangat tinggi. Selain itu, kondisi jalan menuju fasilitas kesehatan juga menjadi kekhawatiran.
“Saya selalu mengimbau ibu hamil jangan jalan malam dan jangan tunggu sakit. Kondisi jalan ini rawan sekali, takutnya belum sampai puskesmas sudah melahirkan di jalan,”tegasnya.
Dirinya membeberkan, berbagai program intervensi dilakukan, meliputi pemberian makanan sehat usia 6–23 bulan, pemberian makanan tambahan, susu dan biscuit, bantuan makanan bagi ibu hamil dan menyusui, pengadaan alat kesehatan digital dan bantuan jamban sehat dan perbaikan rumah tidak layak huni
“Pada 2025, Desa Langge mengalokasikan Rp201 juta untuk program stunting, bila dihitung bersama insentif tenaga posyandu. Kami ingin Desa Langge bukan hanya menurunkan angka stunting, tetapi menghilangkan stunting. Itu cita-cita kami bersama,”pungkasnya. (Aziza/Rio/Tim Redaksi)













