Suwawa, Berita – Pemerintah Kabupaten Bone Bolango memperkuat langkah pengendalian inflasi daerah menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 dengan menggelar High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Triwulan IV yang dipimpin Sekretaris Daerah, Iwan Mustapa, di Ruang Rapat Bupati, Selasa (2/12/2025).
Sekda Iwan Mustapa mengungkapkan bahwa sejumlah komoditas sudah mulai mengalami kenaikan harga, terutama cabai dan beras yang secara historis kerap melonjak pada periode akhir tahun.
“Rakor ini sangat strategis karena menjelang akhir tahun dan Nataru beberapa komoditas biasanya mengalami lonjakan. Cabai dan beras sudah mulai menunjukkan kenaikan. Ini membutuhkan upaya kita bersama memastikan stok aman, harga terkendali, dan distribusi berjalan merata,”ungkapnya.
Sekda mengatakan bahwa pemerintah daerah telah menjalankan sejumlah intervensi, mulai dari operasi pasar hingga pemanfaatan program-program strategis di desa untuk menjaga ketersediaan pasokan.
“Stabilitas harga pangan adalah prioritas pemerintah daerah. Menjaga inflasi berarti menjaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Dengan sinergi yang kuat, kita pastikan Bone Bolango tetap dalam kondisi yang terkendali,”katanya
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Bambang Satya Permana, memaparkan perkembangan Indeks Perkembangan Harga (IPH) Bone Bolango tahun 2025.
Menurutnya, hingga November, Bone Bolango telah mengalami 25 kali deflasi dan 17 kali inflasi. Khusus Triwulan III (Juli–September), IPH tercatat 7 kali deflasi dan 5 kali inflasi, sedangkan pada periode Oktober–November seluruhnya mengalami deflasi sebanyak 9 kali.
Bambang Satya Permana membeberkan, jelang Nataru beberapa komoditas mulai merangkak naik. Pada awal Desember 2025, harga cabai merah dan bawang merah sudah melampaui rata-rata harga Desember 2024, bahkan bawang merah telah melewati Harga Acuan Penjualan (HAP). Cabai merah dan cabai rawit juga menunjukkan kenaikan, meski belum melewati HAP. Selain itu, harga telur ayam ras mulai meningkat mendekati HAP.
Untuk mengantisipasi tekanan harga, dia merekomendasikan TPID Bone Bolango untuk mengupayakan berbagai langkah, di antaranya Gerakan Pangan Murah (GPM) dan pasar murah untuk komoditas pangan utama seperti bawang, cabai, daging ayam, dan telur, intensifikasi pemantauan dan sidak pasar, khususnya terhadap komoditas rawan seperti cabai rawit.
Selanjutnya, peningkatan produktivitas pertanian, terutama komoditas penyumbang inflasi seperti rica dan tomat, melalui perluasan lahan dan pemberdayaan petani, inisiasi contract farming melalui Koperasi Desa Merah Putih untuk menjaga pasokan stabil, pemanfaatan Koperasi Merah Putih sebagai Warung TPID untuk menampung produksi petani dan menjualnya dengan harga lebih terjangkau kepada masyarakat.
Selain itu, perlu dilakukan subsidi ongkos angkut dan sewa mobil untuk mendukung GPM Mobile dalam pelaksanaan pasar murah, penguatan sinergi dan pertukaran informasi melalui High Level Meeting TPID secara rutin serta publikasi GPM dan pasar murah untuk memberikan sinyal ketersediaan pasokan kepada masyarakat.
“Dalam tiga tahun terakhir sejak 2022 sampai 2024, sejumlah komoditas yang paling sering menyumbang tekanan inflasi di periode Nataru antara lain tomat, cabai rawit, bawang merah, beras, ikan layang, ikan malalugis, daging ayam ras, gula pasir, ikan cakalang, minyak goreng, hingga angkutan udara,”pungkasnya. (Tim Redaksi)














