Tilongkabila, Berita – Suasana berbeda terasa di Desa Tunggulo Selatan, Kecamatan Tilongkabila, sejak Jumat hingga Sabtu, 19–20 September 2025. Panggung kesenian desa yang biasanya lengang, malam itu berubah menjadi pusat keceriaan. Lampu-lampu sederhana menghiasi panggung, kursi plastik tersusun rapi untuk para penonton, sementara anak-anak berlarian dengan wajah sumringah menunggu giliran tampil.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik II Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bersama masyarakat setempat menggelar acara penutupan bertajuk “Mewarnai Desa dengan Semarak Kegiatan Bersama.” Acara ini menjadi momentum berharga untuk menutup rangkaian pengabdian mahasiswa dengan penuh warna dan kebersamaan.
Berbagai lomba kreatif digelar, seperti lomba dance, kontes kacamata, lomba vokal, lomba azan, hingga busana muslim. Suasana pecah ketika beberapa siswa TK tampil dengan tarian sederhana, lengkap dengan kostum seadanya yang dihiasi pita dan kain warna-warni. Tepuk tangan meriah penonton mengiringi setiap gerakan, membuat para peserta kecil semakin percaya diri.
Sorakan riuh juga terdengar saat kontes kacamata berlangsung. Anak-anak dengan penuh gaya naik ke panggung. Sementara itu, keheningan menyelimuti panggung saat lomba azan dimulai. Suara lantang seorang bocah SD mengumandangkan panggilan salat, membuat banyak orang tua terharu mendengar lantunan yang khusyuk dari anak-anak mereka.
Ketua Panitia, Abdullanto Ibrahim, mengaku acara kali ini terasa lebih istimewa karena menghadirkan pentas seni yang sempat lama vakum di desa. Kemeriahan acara ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Selain bantuan swadaya mahasiswa KKN, kegiatan juga didukung Pemerintah Desa Tunggulo Selatan, para staf pengajar TK dan SD, serta partisipasi aktif masyarakat. Sponsor lokal, RM Milu Siram Sakinah dan Jovana, turut memberikan kontribusi sehingga acara bisa berjalan meriah.
“Beberapa tahun terakhir, kegiatan desa lebih banyak fokus pada lomba tujuh belasan. Nah, di acara Makrab ini, pentas seni kembali digelar, dan tanggapan masyarakat luar biasa. Anak-anak bisa tampil, menyalurkan bakat, dan menunjukkan hobinya. Ini penting, karena sebelumnya mereka jarang mendapat wadah seperti ini,” jelasnya.
Tak hanya anak-anak, orang tua pun ikut larut dalam suasana. Beberapa ibu terlihat sibuk menyiapkan kostum anak mereka di belakang panggung, sementara bapak-bapak mengabadikan momen lewat kamera ponsel. Di sisi lain, mahasiswa KKN tampak mendampingi peserta, memberikan semangat, bahkan ikut menari bersama anak-anak.
Bagi mahasiswa KKN, kegiatan ini menjadi penutup yang manis setelah berminggu-minggu hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Sakina Kilo, salah satu mahasiswa sekaligus anak dari pihak sponsor kegiatan, menyampaikan bahwa acara ini lebih dari sekadar seremonial penutupan.
“Kami ingin meninggalkan jejak kebersamaan yang baik. Acara ini bukan hanya hiburan, tetapi juga wadah untuk mempererat tali silaturahmi antara mahasiswa dan masyarakat. Harapannya, apa yang sudah terjalin selama KKN tidak berhenti sampai di sini, tapi terus berlanjut,” ungkap Sakina.
Di balik lomba dan pentas seni, tersimpan makna yang lebih dalam, adanya ruang kebersamaan, kesempatan untuk anak-anak desa mengekspresikan diri, dan jembatan silaturahmi yang terjalin antara dunia kampus dengan masyarakat.
Mahasiswa KKN berharap, keberlanjutan kegiatan kreatif di desa ini bisa terus digalakkan, agar anak-anak memiliki ruang untuk berkreasi, sementara masyarakat tetap merasakan manfaat nyata dari keberadaan mahasiswa yang pernah berbaur di tengah-tengah mereka.
“Semoga kebersamaan ini terus terjalin, dan kegiatan ini bisa menjadi kenangan manis baik bagi mahasiswa maupun masyarakat Desa Tunggulo Selatan,”tutup Sakina. (Tim Redaksi)